Komunitas Peduli TBC (KPT) Aceh Timur, menyelengarakan diskusi terbuka tentang “ Peduli TBC “ |
Fenomena Gunung Es Penyebaran kuman TBC di Aceh Timur
Aceh Timur--TBC merupakan
penyakit menular. Di Indonesia prevalensi penyakit TBC sudah menurun beberapa
tahun terakhir namun jumlah penderita masih cukup tinggi. Indonesia merupakan peringkat empat terbanyak
penderita TBC setelah Cina, India dan Afrika Selatan. Prevalensi TBC di Indonesia pada tahun 2013 ialah 297 per 100.000 penduduk dengan kasus baru setiap tahun
mencapai 460.000 kasus. Total kasus
hingga 2013 mencapai sekitar 800.000
sampai 900.000 kasus. (data Kompas,
senin, 3 Maret 2014).
Di Aceh Timur, kasus TBC masih sering dijumpai. Staf
Bidang
Kesehatan Yayasan Sheep Indonesia Sekretariat Aceh Timur, Kristina, mengatakan saat
ini sedikitnya ada 200 -an orang
penderita TBC di Aceh Timur. Ini hanya gambaran yang tampak, artinya
masih banyak penderita yang belum terdeteksi.
“ Ini fenomena gunung es, karena satu
penderita bisa menularkan ke sejumlah orang lain, jadi ada kemungkinan jumlah
kasus TBC ini lebih besar,” ungkap Kristina.
Selain kasus TBC pada orang dewasa, juga
ditemukan kasus TBC pada anak. Berdasarkan hasil tes tuberkulin pada anak yang
dilakukan Yayasan Sheep Indonesia di Kecamatan Simpang Ulim, Kecamatan Julok
dan Kecamatan Nurussalam, Aceh Timur, pada 16/ 3/2014, sedikitnya 25 persen
anak dari tiga Kecamatan di Kabupaten Aceh Timur, positif terjangkit kuman TBC.
Sementara dari hasil penelitian tesis
dr. Sasilia Daniel. MKT, (Magister
Kesehatan Penyakit Tropis) tahun 2013 lalu, sekitar 86 persen anak di Kecamatan
Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, terjangkit kuman TBC.
Kristina mengungkapkan, di Kecamatan
Simpang Jernih, dari 3 desa yaitu Tampor Bor, Tampor Paloh dan Desa
Melidi, hasil tes tuberkulin membuktikan 44 persen dinyatakan positif TBC. Khusus Desa
Melidi dari tes tuberkulin 50 persen anak positif terjangkit kuman TBC. Bahkan
ditemukan kasus, dari ayah yang menderita TBC, telah menularkan semua anggota
keluarga terjangkit kuman TBC.
“ Masih ada anak-anak dari keluarga yang
positif TBC belum di screening, jadi belum terdeteksi sehingga masih mungkin
adanya ditemukan kasus TBC pada anak,” uncap Kristina.
Tes tuberkulin yang dilakukan baru di
empat Kecamatan di Aceh Timur yaitu Kecamatan Simpang Ulim, Kecamatan Julok, Kecamatan
Nurussalam dan Kecamatan Simpang Jernih.
Ketika kasus TBC ini tidak ditangani dengan
baik, teruatama TBC pada anak, ini akan mempengaruhi sumber daya manusia di Aceh
Timur ke depan.
Karena itu, Komunitas Peduli TBC (KPT) Aceh Timur,
menyelengarakan diskusi terbuka tentang “ Peduli TBC “. Diskusi ini melibatkan
masyarakat serta stakeholder terkait agar memiliki kepedulian terhadap kasus
TBC di Aceh Timur. Komunitas Peduli TBC (KPT) Aceh Timur adalah para Relawan
Kesehatan Desa (RKD), penderita TBC dan mantan penderita TBC. KPT terbentuk
Desember 2012 dengan jumlah anggota saat ini sekitar 64 orang.
Riza Yana, Sekretaris KPT Aceh Timur
mengatakan sangat penting kepedulian semua pihak untuk menurunan kasus TBC di
Aceh Timur. Tujuan diskusi adalah agar masyarakat, pemerintah dan non
pemerintah Aceh Timur memahami tentang penyakit Tuberkulosis (TBC) dan perkembangannya
di Aceh Timur.
“Selama ini pemerintah belum menyiapkan
obat untuk tes tuberkulin pada anak. Harapan kami semoga pemerintah bisa
menyediakannya, sehingga kasus TBC pada anak bisa cepat terdeteksi dan dapat
tertangani dengan baik,” ungkap Riza Yana.
Narasumber pada diskusi adalah dr.Sasilia
Daniel, MKT ( Magister Kesehatan Penyakit Tropis) , dr.Zulfikri (Dinas
Kesehatan Aceh Timur) dan Perwakilan dari Komunitas Peduli TBC (KPT) Aceh
Timur.
Materi yang disampaikan dalam diskusi
tentang perkembangan kasus TBC di Aceh Timur, tentang penyakit TB dan sharing
pengalaman KPT dalam melakukan pendampingan penderita TBC.
Selesai acara diskusi para relawan akan
membagi-bagikan stiker yang bertuliskan seruan dan himbauan tentang pencegahan
dan pengobatan penyakit TBC. Para relawan KPT juga berkampanye mengajak seluruh
masyarakat untuk lebih peduli terhadap TBC agar penyebaran penyakit ini dapat cegah serta menurunkan angka
penderita TBC khususnya di Aceh Timur.
Diskusi dan kampanye ini atas kerjasama
antara KPT dengan Yayasan SHEEP Indonesia sekretariat Aceh Timur dan dinas
Kesehatan Aceh Timur dalam rangka penanggulangan penyakit TBC. Bertepatan pula dengan
memperingati hari TBC se-dunia tanggal 24 Maret setiap tahun. Kampanye “ Peduli
TB ” ini pertamakali dilakukan di Aceh.
Manager Yayasan Sheep Indonesia sekretariat
Aceh Timur, Heri Sasmito Wibowo mengatakan acara ini dalam rangka untuk
menggugah masyarakat bahwa ada bahaya yang mengancam yaitu penularan kuman TBC.
Dari hasil tes uji tuberkulin ternyata penyakit TBC ini sudah pada tingkat
memprihatinkan.
“ Ada seorang ayah terkena TBC, lalu
dilakukan tes tuberkulin pada anaknya dan ternyata ke empat orang anak tersebut
dinyatakan positif terjangkit kuman TBC”.
Disnilah sebenarnya dibutuhkan
kepedulian dari semua stokeholder yang ada, masyarakat, Pemerintah, tokoh masyarakat
dan semua pihak. (HEN/AT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar